![]() | ![]() |

Padang, JMG -Perempuan-perempuan dengan pakaian ala selebritis itu menari eksotis, menggeliat, memancing hasrat laki-laki didepannya. Dentuman musik dari sepasang speaker, terdengar cukup keras mengiringi liukan tubuhnya.
Sambil menikmati minuman beralkohol, lelaki hidung belang sedikit demi sedikit merapatkan diri. Sesekali ia memeluk si perempuan atau sekedar meraba pinggulnya. Lelaki lainnya asyik melantunkan tembang dari penyanyi kondang. Terkadang terdengar merdu, terkadang sumbang. Sesekali terdengar juga tawa mereka. Disebelahnya berjarak sekitar lima meter saja, keadaan juga tidak jauh berbeda. Musik pun bersahut-sahutan. Malam makin bergairah.
Pemandangan seperti ini mulai menjadi hal lazim. Padang memang bukan lagi kota Asmaul Husnah yang dulu digembar-gemborkan Walikota Padang, Fauzi Bahar. Hiburan malam mulai menjamur. Bukan hanya café, diskotik atau pub, tenda-tenda dengan penerangan seadanya juga disulap menjadi tempat karaoke yang berbau maksiat.
Di tepi Jalan Batang Arau tepatnya di kawasan Muaro, puluhan tenda seperti ini dibuka setiap malam. Disana tersedia sarana karaoke dengan tarif yang bisa dibilang murah meriah untuk hiburan sejenisnya. Untuk menarik lelaki hidung belang bernyanyi, minuman keras pun disediakan. Ada pula perempuan muda, siap menemani ataupun menari.
Lagu malam masih bergemuruh saat mobil patroli Polresta Padang dengan nomor polisi 21231 III datang. Jangan salah, ini bukan kisah razia, seperti yang sering muncul di televisi atau media massa.
Sebenarnya tak ada yang berbeda dari malam-malam sebelumnya, kecuali kehadiran tim JMG. Mobil patroli ini tetap singgah dari depan tenda yang satu ke tenda lainnya. Tak lama setelah berhenti tepat di depan tenda, seorang perempuan keluar dari tendanya masing-masing dengan membawa sesuatu dan menyerahkannya kepada anggota polisi yang berada di dalam mobil patroli.
Rosa (nama samaran), kembali ke tenda setelah menyerahkan sejumlah uang kepada oknum polisi tersebut. Tim Investigasi JMG sudah menunggu di dalam tenda. “Bayar berapa?” tanya salah seorang anggota JMG. Perempuan cantik berkulit putih itu tidak buru-buru menjawab pertanyaan. Ia menegak bir dan membakar rokoknya terlebih dahulu. “Tamu yang datang sedikit, cuma lima puluh ribu”, jawabnya kemudian.
Diceritakan Rosa (22 th), setiap malam, tenda-tenda ini menyetor sejumlah uang kepada oknum kepolisian. Jumlahnya pun bervariasi tergantung jumlah tamu, mulai dari Rp.50.000,- hingga Rp. 100.000,-. Jika ada yang tidak menyetor, tenda diancam akan dibongkar. “Begitulah nasib, tak mungkin melawan orang ‘berbaju’”, ujar Rosa. Selain itu, Rosa juga mengaku pengelola tenda membayar sejumlah uang kepada oknum anggota Pol PP Kota Padang.
Wakapolresta Padang, Wisnu Handoko saat dikonfirmasi JMG, terkesan tidak menanggapinya. “Bila punya bukti dan dokumentasi photo terkait oknum anggota Polresta yang melakukan pungli di kafe kawasan Muara laporkan saja. Catat namanya, nanti akan diproses oleh Propam”, ujarnya.
Sementara itu, Walikota Padang saat dihubungi JMG terkait oknum Pol PP yang menerima jatah setiap bulannya dari kafe-kafe itu juga berjanji akan menindak anggota Pol PP yang nakal tersebut. “Sebutkan saja namanya, nanti akan saya tindak”, ujar Fauzi Bahar.
Mampukah Wakapolresta dan Walikota Padang menindak anggotanya yang menjadikan kafe-kafe liar sebagai mesin uang dan ATM Berjalan ?.
@Media Jejak
Sambil menikmati minuman beralkohol, lelaki hidung belang sedikit demi sedikit merapatkan diri. Sesekali ia memeluk si perempuan atau sekedar meraba pinggulnya. Lelaki lainnya asyik melantunkan tembang dari penyanyi kondang. Terkadang terdengar merdu, terkadang sumbang. Sesekali terdengar juga tawa mereka. Disebelahnya berjarak sekitar lima meter saja, keadaan juga tidak jauh berbeda. Musik pun bersahut-sahutan. Malam makin bergairah.
Pemandangan seperti ini mulai menjadi hal lazim. Padang memang bukan lagi kota Asmaul Husnah yang dulu digembar-gemborkan Walikota Padang, Fauzi Bahar. Hiburan malam mulai menjamur. Bukan hanya café, diskotik atau pub, tenda-tenda dengan penerangan seadanya juga disulap menjadi tempat karaoke yang berbau maksiat.
Di tepi Jalan Batang Arau tepatnya di kawasan Muaro, puluhan tenda seperti ini dibuka setiap malam. Disana tersedia sarana karaoke dengan tarif yang bisa dibilang murah meriah untuk hiburan sejenisnya. Untuk menarik lelaki hidung belang bernyanyi, minuman keras pun disediakan. Ada pula perempuan muda, siap menemani ataupun menari.
Lagu malam masih bergemuruh saat mobil patroli Polresta Padang dengan nomor polisi 21231 III datang. Jangan salah, ini bukan kisah razia, seperti yang sering muncul di televisi atau media massa.
Sebenarnya tak ada yang berbeda dari malam-malam sebelumnya, kecuali kehadiran tim JMG. Mobil patroli ini tetap singgah dari depan tenda yang satu ke tenda lainnya. Tak lama setelah berhenti tepat di depan tenda, seorang perempuan keluar dari tendanya masing-masing dengan membawa sesuatu dan menyerahkannya kepada anggota polisi yang berada di dalam mobil patroli.
Rosa (nama samaran), kembali ke tenda setelah menyerahkan sejumlah uang kepada oknum polisi tersebut. Tim Investigasi JMG sudah menunggu di dalam tenda. “Bayar berapa?” tanya salah seorang anggota JMG. Perempuan cantik berkulit putih itu tidak buru-buru menjawab pertanyaan. Ia menegak bir dan membakar rokoknya terlebih dahulu. “Tamu yang datang sedikit, cuma lima puluh ribu”, jawabnya kemudian.
Diceritakan Rosa (22 th), setiap malam, tenda-tenda ini menyetor sejumlah uang kepada oknum kepolisian. Jumlahnya pun bervariasi tergantung jumlah tamu, mulai dari Rp.50.000,- hingga Rp. 100.000,-. Jika ada yang tidak menyetor, tenda diancam akan dibongkar. “Begitulah nasib, tak mungkin melawan orang ‘berbaju’”, ujar Rosa. Selain itu, Rosa juga mengaku pengelola tenda membayar sejumlah uang kepada oknum anggota Pol PP Kota Padang.
Wakapolresta Padang, Wisnu Handoko saat dikonfirmasi JMG, terkesan tidak menanggapinya. “Bila punya bukti dan dokumentasi photo terkait oknum anggota Polresta yang melakukan pungli di kafe kawasan Muara laporkan saja. Catat namanya, nanti akan diproses oleh Propam”, ujarnya.
Sementara itu, Walikota Padang saat dihubungi JMG terkait oknum Pol PP yang menerima jatah setiap bulannya dari kafe-kafe itu juga berjanji akan menindak anggota Pol PP yang nakal tersebut. “Sebutkan saja namanya, nanti akan saya tindak”, ujar Fauzi Bahar.
Mampukah Wakapolresta dan Walikota Padang menindak anggotanya yang menjadikan kafe-kafe liar sebagai mesin uang dan ATM Berjalan ?.
@Media Jejak











2 komentar:
parah tuh ,, sogok menyogok,, >:(
=)) Mo donk Di Sogok =))
Posting Komentar
Kalo SPAM SORRY BRO !!! CUKUP 2 BLOG TLD GW MAMPUS !!